Perbedaan Saya dengan Briptu Norman

/
0 Comments
Beberapa hari yang lalu gue potong rambut di sekolah. Jangan kira di sekolah ada salon atau pangkas rambut. Maksudnya gue dan beberapa teman yang nggak beruntung lainnya kena Razia rambut. Pribadi, gue sendiri saat itu seminggu sebelum tragedi tsb udah potong rambut, tapi tetep aja kata Bu Guru rambut gue harus dipotong secara paksa. Benar2 tragis.

Masa depan rambut gue-pun hancur saat Bu Guru yang motongnya bilang: 'Eh, tacolak dek ibuk stek aa..' (Eh, tercolak sama ibuk sedikit a). Saat itu juga cuma ada kata 'colak' diotak gue. Bahasa Indonesia-nya colak = tanpa disengaja ada sedikit botak dirambut anda.

Sore sehabis tragedi pagi kelabu tersebut gue berinisiatif buat potong rambut (lagi) daripada tetap berpenampilan rambut dengan gaya gak jelas gini mending dirapiin deh, pasti ntar lumayan hasilnya. Awalnya gue berpikir positif seperti itu..

Ternyata kata abang tukang potong rambut, rambut gue bagian sampingnya ini harus dipotong tipis, harus! Gue pasrah.

Besoknya disekolah gue harus jadi badut buat beberapa jam. Semuanya tertawa ngeliat rambut (baru) yang gak diharapkan ke-baruannya ini. Ada sih temen yang bilang rambut gue bagus (walaupun itu peres). Malah ada yang bilang mirip Briptu Norman. Menjelang beberapa bulan kedepan gue harus banyak bersabar.



REST IN PEACE MY BELOVED HAIR


You may also like

No comments: